Senin, 14 Februari 2011

Film Rindu Purnama

       Pada awalnya ga terlalu niat nonton film ini, tapi karena  saya dan temen saya baca twitternya radityadika yang isinya banyak muji-muji film ini jadi kita tergoda deh untuk berkunjung ke  bioskop 21 (promosinya sukses). Tanpa rencana yang matang keinginan kita untuk nonton film ini terealisasi juga. Waktu itu yang nonton sedikit banget mungkin ga nyampe 10 orang deh, Ga ngerti apa karena hari itu hari jumat dan tiketnya lebih mahal 5 ribu dari hari biasa, kita nontonnya kemaleman, orang-orang lebih milih nonton film arwah goyang karawang sebagai film “the best fighting” itu atau gimana saya ga ngerti juga.
Film yang disutradarai Mathias Muchus yang merupakan film pertamanya sebagai seorang sutradara menurut saya cukup bagus kok. Pengambilan gambar dan lokasi syuting  di daerah pinggiran kota metropolitan yang selama ini selalu disoroti sebagai kota modern, tapi difilm ini bener-bener kayak menceritakan sisi lain kota Jakarta dengan segala hingar bingar kehidupan kotanya.
      Cerita tentang anak jalanan yang selalu menjalani hari-harinya dengan kebersamaan dan memiliki rasa senasib sepenanggungan yang tinggi. Rindu yang juga Purnama menurut saya sebagai pemeran utama disini karakternya kurang kuat. Ibu Sarah yang menjadi tempat berlindung anak-anak melakukan pekerjaan sosial dengan mendirikan rumah singgah dan tempat anak-anak berkreatifitas serta memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada ibu-ibu di daerah itu cantik banget. Saya suka liat wajahnya, apalagi pake jilbab gitu J
         Tokoh Pak Surya yang diperankan Tengku Firmansyah memiliki watak yang keras dan apatis dengan lingkungannya, kekerasan hatinya luluh berawal dari insiden sopirnya yang menabrak seorang anak jalanan dan pada akhirnya juga  terpesona oleh kecantikan Ibu Sarah. Titi Sjuman yang memerankan tokoh Monic di film ini juga cukup menyebalkan, galak,sombong dan judesnya dapet banget. Tokoh yang buat kita pada ketawa adalah Tokoh Akbar, anak kecil ingusan, buat saya di film ini acting dia yang paling oke, nangisnya alami banget!! Ingusnya juga meler dengan alami!! Saya geli sendiri kalo inget adegan waktu dia ngelap ingusnya, saya juga pengen nangis waktu dia nangis. Kayaknya kalo udah gede dia bakalan jadi the next Nicholas saputra deh! *gayaoptimis*
       Tapi menurut saya yang terpenting dari film ini adalah pesan yang ingin disampaikan. Selain ingin menampilkan sisi lain dari kota Jakarta, film ini juga menampilkan fakta bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung di Negara ini, khususnya anak-anak. Kisah anak jalanan yang selalu dihantui oleh kehadiran satpol pp yang selalu siap menghadang. Mereka yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa seharusnya dilindungi oleh Negara, memiliki hak yang harus dipenuhi oleh Negara ga seharusnya melakukan pekerjaan seperti itu, tapi kenyataannya hal itu masih sering terjadi.
          Selain ceritanya  film ini juga didukung sama lagunya yang oke. Salah satu yang saya suka adalah lagu cinta satukan kita pas banget dinyanyiin sama Judika, saya merinding waktu lagu ini jadi backsound.
Menurut saya film-film kayak gini harus lebih banyak diproduksi, sedangkan film-film horror yang ga jelas ceritanya dan  hanya menonjolkan sesuatu yang sudah menonjol harusnya lebih diminimalisasi aja. Negara kita masih butuh asupan film yang bermanfaat dan memiliki unsur edukasi yang tinggi. Saya juga merekomendasikan film ini sama ibu saya supaya ngajakin adek saya yang masih SD untuk nonton (kakak yang baik kaan ;))

Disini saya yang masih awam hanya berkomentar sebagai penonton. 

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

 

Followers

 

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger