Sabtu, 27 November 2010

Review Buku "LET GO"



       Kali ini saya pengen posting tentang buku yang baru selesai saya baca, buat kamu yang suka baca novel, ga ada salahnya jadiin buku ini sebagai koleksi novel selanjutnya. Jujur awalnya saya iseng beli  buku ini, karena saya pikir covernya lucu dan synopsis di belakang buku ini juga oke, karena semua buku di rak itu dibungkus plastik jadi akhirnya saya langsung beli aja (soalnya ga  bisa liat-liat isinya dulu hehe).
           Disini saya agak menceritakan tentang garis besar cerita novelnya, tapi jangan Cuma liat postingan saya ya, karena baca bukunya akan lebih seru daripada yang saya certain disini. Insya Allah saya ga salah rekomendasiin buku ini deh.
        Membaca novel Let Go karangan Windhy Puspita Dewi mengantarkan saya kembali pada masa-masa SMA. Saat duduk di kelas X (red:10)adalah masa transisi dari SMP ke SMA, tanpa disadari memberikan pengaruh bagi pergaulan remaja pada saat itu.  Walaupun sejujurnya masa SMA yang diceritakan di Novel tersebut lebih indah dibandingkan masa SMA yang saya alami, namun saya seperti terhanyut dalam kisah dan merasa menjadi salah satu dari tokoh-tokoh yang diceritakan di dalamnya.
Dikisahkan seorang anak laki-laki yang bernama Caraka Pamungkas, menurut saya adalah orang yang cuek, santai, tidak mengenal perbedaan (kecuali perbedaan antara laki-laki dan perempuan), berpikir simple dan bukan orang yang berambisi, menikmati dan menjalani kehidupan dengan bangga menjadi diri sendiri. Walaupun tidak sedikit orang disekitarnya yang mengatakan dia bodoh.
            Mengenal tokoh lain yang bernama Nathan, teman sekelas Caraka. Anak berkacamata yang pendiam dan terkesan sadis ketika menolak cewek yang menyatakan cinta padanya. Nathan adalah anak yang jenius, tampan, dan tajir. Selalu memandang hidup dengan simple dan meyakinkan diri untuk tidak pernah takut dengan kematian. Remaja yang memiliki kelebihan di semua bidang, khususnya bidang akademik.
Nadya, perempuan yang cantik, tegas dan serba bisa selalu terlihat sempurna di mata Caraka dan teman-teman di sekolah. Kecerdasan yang diturunkan dari ayah dan ibunya yang berprofesi sebagai seorang dokter membuat gadis ini tekun dan sangat bertanggung jawab dengan apa yang dia kerjakan.  Sejak mengenal Caraka, Nadya seperti bisa berbagi pikiran dan pendapat tentang hobby dan kesukaan yang sama di bidang music klasik, buku, dan film. Hal itu pula yang membuatnya jatuh hati pada Caraka.
Sarah, seorang gadis manis pendiam yang cerdas adalah ketua majalah dinding Veritas. Sifatnya yang pendiam dan terlalu baik  membuatnya sering dimanfaatkan oleh teman-teman disekitarnya. Caraka adalah orang yang bisa mengubah pendiriannya untuk berani berkata “TIDAK”. Caraka pulalah orang pertama yang bisa merebut hatinya, sekaligus sebagai orang pertama yang mematahkannya.
            Tokoh-tokoh yang ditampilkan di novel ini memiliki karakter yang kuat dan inspiratif. Terdiri dari orang- orang dengan latar belakang dan sifat berbeda yang disatukan dalam sebuah tim mading sekolah. Caraka yang dikenal sebagai anak bandel yang tidak asing mendengar kata “skors” sejak ia masih duduk di bangku SMP terpaksa harus menjadi salah satu anggota tim mading sekolah sebagai hukuman karena kesalahan yang dilakukannya.
Bahasa yang digunakan oleh penulis tidak menggunakan bahasa gaul yang biasa dipakai untuk novel-novel remaja yang berlatar belakang kota besar. Dialog tokoh dalam buku ini juga ringan dan dikemas dalam kelucuan yang simple dan ringan, tidak jarang saya tertawa sendiri saat membaca buku ini. Namun, banyak sisi edukasi yang juga ditampilkan oleh penulis. Salah satunya adalah saat Raka menceritakan tentang empu-empu saat pelajaran sejarah. Buat saya itu menarik.
            Kegemaran tokoh-tokoh sentral untuk membaca buku-buku yang tidak biasa  dan notabene  jarang dibaca oleh anak remaja juga menjadi daya tarik tersendiri. Selera music dan film-filmnya juga oke, malah ada beberapa film yang belum pernah saya dengar sebelumnya. saya sebagai pembaca juga tertarik untuk mengetahui film yang dibicarakan di novel tersebut.Alur ceritanya juga menarik dan tidak membosankan, walaupun ujungnya tapi saya bisa menikmati alur ceritanya. Namun, menurut saya hal itu juga yang menjadi kekurangan dari buku itu. Ketika mengetahui penyakit yang diderita oleh Nathan, saya sebagai pembaca sudah bisa menebak dan mengetahui bahwa tokoh Nathan dalam novel ini pasti berakhir menyedihkan.
            Cerita yang ditampilkan sangat inspiratif dan menggambarkan sebuah persahabatan yang berawal dari sebuah ketidaksengajaan tokohnya. Kesetiaan sebuah persahabatan itu dibuktikan saat Raka masih bermasalah dengan masa lalu bersama ayahnya, Nathanlah yang menyadarkan Raka untuk melupakan “kesalahan” ayahnya, dan sebaliknya saat Nathan menderita dengan penyakitnya dan memilih untuk berdiam diri dan menolak untuk dioperasi, Raka memberikan semangatnya untuk Nathan agar mau berusaha dan bersedia untuk dioperasi, walaupun pada akhirnya mereka tidak bisa mengalah pada takdir.       
            Buku ini wajib dibaca buat kamu yang mau tahu arti sebuah persahabatan. Didalamnya diceritakan tentang indahnya masa-masa SMA yang diselingi dengan masalah pelajaran, percintaan, dan pastinya persahabatan. Pembaca bisa mengambil hal-hal positif dari tokoh Raka dan teman-temannya. kayak selogan bukunya "setiap cerita punya ruang sendiri di dalam hati" (itu selogan kan namanya? hehe) Selamat membaca..



_salam ngoceh_


0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

 

Followers

 

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger